Meditasi Teja Surya

Tentang Meditasi & Yoga

MeditasiTeja Surya adalah salah satu jalan menyatukan diri dengan Atman atau alam semesta, guna lebih mengenal kesadaran dan jati diri. Teja Surya menyinari diri kita dari tempatnya yang sangat tersembunyi yaitu didalam hati. Untuk mengetahuinya perlu kita merenungi dan menyadari diri sendiri dengan hanya mengingat didaerah dada. Dari sinilah awal untuk mengenal dan menyadari keberadaan dari sang pemberi hidup (Atman). Bila kita sampai mendekati kesadaran Atman, Atman pulalah yang akan menuntun kita mencapai kesadaran yang lebih agung yaitu Brahman.

Brahman dan Atman adalah hubungan yang tak terpisahkan, seperti Matahari dengan sinarnya. Brahman itu satu, satu untuk semua, semua dipusatkan untuk yang satu, satu itu berdiri kokoh berbentuk tiang, tiang itu adalah Atman, Atman itu jalan/tujuan yang memiliki ujung dan pangkal, pangkal itu mulai/lahir untuk hidup, ujung itu tujuan akhir yang utama adalah Moksah, menunggal dengan segala unsur yang dimiliki Brahman melalui Atman. Atman yang merupakan percikan-percikan energi suci yang keluar dari Brahman berpencar memberi hidup pada setiap makhluk dengan memecah dirinya dalam dua sifat yaitu bersifat bebas (Atmanam) dan terikat ( Bhuta-Atman).

BEBAS

dalam artian tidak terpengaruh oleh unsur-unsur duniawi, berdiri sendiri berkeadaan murni, berpribadi tinggi, berada dimana-mana, tak dilahirkan, tak terpikirkan dan masih banyak lagi ke-Agungan yang lainnya. Atmanam sesungguhnya bisa berwujud dan tidak berwujud atau yang sejati, Atmanam yang berwujud adalah yang tidak sejati dan yang tidak sejati nampak sebagai Sinar Suci yang memancarkan sinarnya ke-alam Bhur, Bhuah dan Svah. Atmanam memberi energi kehidupan pada setiap makhluk melalui energi Prana/Jiwa. Prana/Jiwa yang berada jauh diatas langit, berwujud Matahari memberi energi kehidupan melalui sinarnya yang putih cemerlang. Sinar terang ini memeroses, merangsang, menghidupkan, mengembangkan dan memusnahkan segala yang ada dialam jagat raya ini.

TERIKAT

itu berarti Atman dapat menetap disetiap makhluk yang dihidupi-Nya. Sesungguhnya Atman yang telah terikat oleh kenikmatan duniawi bukanlah Atman yang sejati, ini adalah Atman yang lain yang disebut Bhuta-Atman. Bhuta Atman lahir karena adanya kekuatan Positif (Sang Ayah) dan negatif (Sang Ibu) ketika beliau mengadakan penciptaan dengan menyatukan kekuatan Lingga dengan Yoni sehingga muncullah Bhuta-Atman. Bhuta-Atman ini terbentuk dari berbagai macam sifat, dari segala unsur yang ada dan juga unsur rue-bhineda. Dengan adanya kekuatan Bhuta-Atman terkumpul pula berbagai macam Zat sehingga membentuk suatu benda/ tubuh manusia khususnya. Zat–zat tersebut secara garis besarnya terdiri dari lima Unsur yang disebut Panca Maha Bhuta. Agar Atman yang berupa Bhuta ini dapat menetap dalam tubuh maka diikatlah Beliau oleh Satwam, Rajas dan Tamas.

Dari uraian diatas mungkin dalam hati akan timbul pertanyaan, Atman yang mana sebaiknya sebagai obyek bermeditasi?. Jawabannya adalah tergantung dari pengetahuan, keyakinan dan keperluan yang ada pada diri kita. Disini penulis jelaskan sedikit tentang hubungan antara Brahman, Atman dan Bhuta-Atman. Brahman dengan Atman sesungguhnya adalah tunggal, Beliau adalah Sinar Suci yang bersinar diatas sana dalam wujud Matahari. Bila saat bermeditasi dan sampai pada tahapan tertentu untuk menggugah serta menggetarkan Beliau ini dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan hanya merasakan dan menyadari diri sendiri, itu berarti tanpa perwujudan apapun dari-Nya.

Cara yang lainnya dengan berkonsentrasi atau diikuti mantra suci OM yang digemakan, maka Beliau akan muncul berwujud sinar ke-Emasan dan ketika Mantra Suci OM telah meluluhkan segala yang buruk yang ada pada Sang Diri, maka si meditator akan menunggal dengan-Nya dan ketika kesadarannya mencapai puncaknya yang tertinggi, ketika keduniawian tidak berpengaruh banyak kepadanya, dan ketika sinar kuning emas menembus Siwo-dwaranya kemudian menerangi seluruh tubuh dan membawa tubuh Sukmanya lepas dari tubuh fisiknya, disaat inilah orang akan tahu wujud OM bahkan tahu yang tertinggi dari Atman/Brahman sekaligus si meditator tersebut mengetahui jalan kemoksahan.

Hal ini sangatlah sulit untuk dicapai, berbagai macam pengetahuan tentang Beliau adalah faktor pendukungnya, ber-yadnya, Pemujaan, Yoga dan tapa-brata adalah sadhananya, berbagai macam sidhi adalah penghalangnya, Meditasi adalah pembuka jalan dan Semadhi adalah salah satu jalan yang utama. Uraian kalimat diatas penulis rasa sangat sederhana namun dibalik kesederhanaannya ada sesuatu yang amat sulit yaitu mempraktekkannya.

Sekarang bagaimana dengan Atman dan Bhuta-Atman. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa Atman itu adalah Sinar Suci dalam wujud Matahari. Secara spiritual bahwa Atman yang berada diluar yang tak pernah tidur itu memberi energi Prana ke setiap makhluk hidup melalui Antahkarana ( tali penghubung jiwa) dapat berwujud sinar dan gas. Antahkarana yang berwujud sinar putih terang mengalir melalui ubun-ubun (siwo-dwara) dan pengendalinya adalah Cakra Sahasrara

Antahkarana yang berwujud sinar terang ini memberi energi Prana yang bersifat halus dan suci. Sinar suci yang mengalir kedalam tubuh tersebut membentuk lapisan-lapisan tubuh yang disebut Maya Kosa ( sinar tubuh/ Aura). Sinar tubuh ini adalah tempat suci bagi Bhuta-Atman yang tak lain adalah manifestasi Atman itu sendiri yang melaksanakan tugas lanjutanNya yaitu untuk menjaga, menggerakkan dan mengendalikan tubuh. Bhuta-Atman menjaga tubuh yang berwujud sinar dengan empat macam bentuk sinar yaitu sinar yang membentuk tubuh kembar seperti tubuh fisik yang ditempatinya.

Beliau diberi nama Sang Anggapati, Beliau keluar-masuk melalui mata dan menetap didalam hati/lever berwarna kemerahan, dengan aksaranya adalah Ang. Tubuh yang kedua, adalah tubuh yang berukuran lebih tinggi-besar dengan wajah yang berbeda diberi nama Sang Prajapati yang bersinar gelap bertempat di empedu, Beliau keluar masuk melalui telinga dengan aksaranya adalah Ung. Yang ketiga, adalah tubuh yang berwujud Harimau putih dan dapat keluar masuk melalui mulut yang diberi namaSang Banaspati dengan aksaranya adalah Mang. Tubuh keempat adalah berwujud Singa dengan muka merah api dengan bulu keemasan yang lebat, jalan keluar masuknya melalui hidung, Beliau diberi nama Sang Banaspati Raja dengan aksaranya adalah Ong. Selain sinar tersebut Atman juga memanifestasikan Diri sebagai pusat Sinar yang berupa Cakra-cakra didalam tubuh.

Bermeditasi pada Cakra atau perwujudan yang dapat dibayangkan adalah suatu meditasi yang ditujukan pada diri sendiri guna mengenal Atman melalui Bhuta-atman atau mengenal jati diri sendiri. Setelah mengenal jati diri tentu kesadaranpun semakin tumbuh, dengan tumbuhnya kesadaran, secara alami pula Bhuta akan berubah menjadi Atman itu berarti anda akan mengetahui yang sejati tinggi.

Kemudian Antahkarana yang berwujud Gas/udara mengalir melalui seluruh lubang pada tubuh. Aliran udara yang utama berupa pernafasan yang keluar masuk lewat hidung. Nafas udara ini terbagi dalam lima nafas yakni Prana, Apana, Samana, Udana dan Wyana. Kelima nafas ini memiliki sifat, warna, tugas dan fungsi yang berbeda-beda. Prana udara mengalir disetiap tubuh agar tubuh tersebut dapat bergerak dengan adanya kekuatan dari Dasa Bayu.

Kekuatan Dasa Bayu ini akan dapat dikeluarkan dan digunakan melalui latihan tenaga dalam. Sumber dari tenaga dalam adalah unsur halus dari zat padat yang bisa berupa hawa, getaran/frekwensi, arus dan sebagainya yang kesemuanya bisa dideteksi dan berada dibawah pengendalian Bhuta-Atman.

Bhuta-Atman ini dapat dikendalikan melalui pikiran dan pikiran akan menghubungkannya melalui bawah sadar dan bawah sadar berhubungan dengan intuisi, intuisi /kata hati adalah suaranya Atman melalui Bhuta-Atman. Dengan uraian singkat ini berarti Bhuta-Atman adalah tunggal dengan Atman. Bermeditasi pada Bhuta-Atman yang terletak dialamnya intuisi dan intuisi itu sesungguhnya Hati anda yang paling dalam yang berada didalam Anahata atau Jantung. Bermeditasi ini sama artinya menjelajahi alam spiritual secara bertahap yang nantinya akan memberikan pengetahuan yang tinggi tentang adanya Atman.

Bermeditasi Bhuta-Atman adalah bermeditasi pada diri sendiri, dengan cara menyadari dan mengendalikan segala sifat buruk yang ada pada diri sendiri. Setelah mengetahui, menyadari dan mampu mengendalikan kekuatan yang bersifat Bhuta yang berada pada diri sendiri, itu berarti anda telah menyucikan segala Bhuta dan meleburnya menjadi Atmanam. Namun ada hal lain dimana Bhuta-Atman akan terus berwujud Bhuta bagi orang yang segala tindak-tanduknya sehari-hari tidak berdasarkan ajaran Agama.

Bagi orang yang menginginkan Bhuta menjadi Atman, maka Bhuta yang berada didalam dirinya harus dikendalikan dari hal-hal yang negatif menjadi kearah positif, karena Bhuta tersebut akan berusaha dengan keras mempengaruhinya mungkin dengan cara memberi pertimbangan yang keliru namun bagi pikiran akan dinilai lebih masuk akal sehingga kita menjadi goyah, atau mengganggunya dengan membuat kejadian yang aneh-aneh atau cara lainnya dengan tujuan menghalanginya. Disinilah dibutuhkan tekad yang kuat, tetap teguh, penuh keyakinan untuk mencapai-Nya.

Meditasi “Teja Surya” lebih bertujuan untuk mendapatkan Ketenangan bathin, Kesadaran diri, Kesehatan dan menambah Intelektual. Disamping itu bermeditasi pada Teja Surya akan mampu meningkatkan Tali Spiritual anda dan bahkan mencapai kebebasan spirit secara spiritual. Atau bagi yang melaksanakan Meditasi ini secara tekun, niscaya hasil awalnya dapat diketahui dengan merasakan perubahan–perubahan pada kehidupan sehari-harinya dari hal-hal negatif menuju kearah positif terutama pada sikap, cara berpikir, rasa keakuan ( ego ) dan hal lainnya.

TEMPAT MEDITASI

Dalam melakukan meditasi pilihlah tempat yang suci seperti di Pura, Merajan, atau Pelinggih-pelinggih yang suci. Bila hal ini tidak memungkinkan sediakan kamar suci (sebuah ruangan khusus di rumah anda), yang sebelumnya disucikan terlebih dahulu sesuai kepercayaan dan keyakinan atau tempat-tempat yang suasananya tenang dan memungkinkan untuk melakukan meditasi. Pada kamar suci tersebut buatlah tempat Pemujaan (Pelangkiran, Patung/Pratima) serta pasanglah gambar /symbol-simbol suci misalnya : Gambar Dewa / Dewi, Gambar Guru ( Orang Suci ), Simbol Omkara, tulisan dari mantra-mantra suci.  Secara Rohani ini akan sangat membantu untuk menyucikan ruangan dan pikiran anda dari hal – hal yang bersifat negatif.

Sediakanlah tempat duduk dengan kursi atau di atas lantai yang diberi alas cukup tebal (± 5cm ) misalnya dengan menggunakan bantalan tempat duduk. Hal ini untuk menghindari pengaruh daya gravitasi bumi terhadap tubuh fisik.

WAKTU MEDITASI

Waktu untuk melakukan meditasi yang baik yaitu saat dimana suasana terasa tenang dan memungkinkan untuk melatih dalam Pemusatan pikiran. Seperti sebelum fajar antara pukul 03.00 – 06.00 pagi, dimana pada waktu itu udara mulai terasa segar, suasana lingkungan yang tenang, dan di samping itu energi prana yang bersifat kasar semakin menipis sedangkan energi prana yang bersifat halus masih stabil.

Jika anda tidak terbiasa bangun pagi, anda dapat bermeditasi pada waktu Sore hari, antara pukul 20.00 – 22.00, dimana pada saat itu paling tidak suasana akan terasa lebih tenang mungkin akibat ketegangan pikiran dari pengaruh rutinitas pekerjaan atau hal lainnya. Waktu diatas bukanlah suatu keharusan, andapun dapat tentukan sendiri waktu yang baik untuk melaksanakan meditasi dengan mempertimbangan kondisi sendiri dan lingkungan disekitar anda.

SIKAP ( ASANA )

Pada Meditasi Teja Surya, sikap duduk merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan terutama keadaan tulang pungung supaya tegak lurus. Ini dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, terutama bangkitnya api kundalini yang tidak disadari. Karena kebangkitan Ibu Kundalini Sakti, prosesnya melalui Nadi Susumna yang merupakan nadi utama yang terletak di tulang punggung. Bila anda belum terbiasa dengan menegakkan tulang punggung dapat dilatih dengan bersandar pada dinding.

Setelah menguasai keadaan ini selanjutnya kendalikan Panca Indra anda terutama pada mata fisik, dengan memejamkan mata ( jangan sampai tertidur ), atau dengan memandang ujung hidung dalam keadaan mata setengah terbuka. Letakkan kedua tangan diatas kaki, telapak tangan menghadap keatas, satukan ibu jari dengan jari telunjuk sehingga membentuk lingkaran. Ini dimaksudkan untuk mengekang emosi ( ego) yang berasal dari Cakra Swadhistana dan Wisudha, dan melepaskan Tri Guna ( Satwam, Rajas dan Tamas ) melalui ketiga jari yang terbuka.

Pada gambar 1 dan 2 ada sedikit perbedaan yang terlihat. Bila bermeditasi yang sekiranya tidak memerlukan waktu yang cukup lama atau kesadaran anda dalam keadaan terjaga penuh / seperempat kesadaran anda mencapai visualisasi, maka cukup anda gunakan seperti gambar 1.  Sedangkan bila bermeditasi lebih dari dua jam atau mungkin anda ingin mencapai kesadaran tahap tetha bahkan ingin sampai semadi sebaiknya gunakan cara seperti gambar 2, karena cara ini membuat keutuhan posisi jari telunjuk untuk tetap menyentuh ibu jari saat kesadaran melupakan tubuh fisik anda.

Disaat seperti ini biasanya gerakan tubuh tidak lagi dapat dikontrol disebabkan pikiran berada pada titik konsentrasi yang sangat tinggi pada obyek yang dimeditasikan sehingga pengontrolan tubuh oleh pikiran mendekati titik terendah. Atau dengan kata lain tubuh bergerak tanpa adanya kesadaran pikiran.

Pengaturan Nafas ( Pranayama )

Setelah anda menentukan tempat bermeditasi, dan mengambil sikap yang baik seperti yang telah diuraikan diatas, stabilkan dan tenangkan pikiran anda dari hal-hal negatif, seperti berbagai masalah yang telah anda alami, rasa marah, benci, ataupun kesedihan, jangan biarkan mengganggu usaha meditasi yang akan anda latih. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan tekhnik pernafasan atau Pranayama.

Tekhnik ini dilakukan dengan cara menghirup nafas dari hidung dengan dalam-dalam kemudian menyimpannya dan mengeluarkan secara berirama. Bagi pemula dapat melatih tekhnik pernapasan mulai dari tahapan yang paling ringan dan secara bertahap kemudian ditingkatkan. Bila anda ingin lebih mengenal teknik pernapasan yang lebih baik anda dapat membaca buku–buku tentang tekhnik pernapasan (Pranayama). Tekhnik pernafasan merupakan dasar disiplin yang paling utama untuk menuju ketingkatan yang lebih tinggi.

Pemusatan Pikiran ( Dharana )

Apabila anda sudah cukup tenang, sebelumnya ingatlah berdo’a pada Tuhan / Sesuhunan dan memohon perlindungan-Nya, serta mohon bimbingan dari Guru spiritual anda ( Guru Suci ). Selanjutnya visualisasikan Teja Surya sebagai manifestasi kekuatan Tuhan berbentuk bulatan putih terang dan kalau bisa sampai pancaran sinarnya.
Untuk dapat memvisualisasikan Teja Surya anda melatihnya dengan cara seperti dibawah ini :

Memandang Sinar Matahari Pagi

Pandanglah Matahari dipagi hari antara pukul 06.00 – 07.00
(jangan melewati batas waktu ini, cukup bahaya). Pandanglah Matahari beberapa menit dengan mata terbuka ( sesuai dengan kemampuan).
Sambil menatapnya niatkan dalam hati untuk merekamnya. Setelah dirasa cukup lama sekarang pejamkan mata anda sambil mengingat dan membayangkan Matahari yang telah anda pandang tadi. Pada saat memejamkan mata, pusatkan perhatian pada titik pertemuan di ke-dua alis mata ( Ajna ), maka bayangan matahari yang terlihat, mungkin akan berbeda warnanya. Bila anda sudah melihat perbedaan warna ini bukalah mata anda dan ulangi cara diatas beberapa kali semampu anda, sampai bulatan matahari itu terlihat jelas disaat anda memejamkan mata.
Bila bayangan Matahari terlihat cukup jelas saat memejamkan mata niatkan dalam hati / pikiran anda untuk tetap merekamnya.

Lakukan latihan ini secara teratur setiap hari, sampai Sinar / Matahari bisa anda bayangkan secara permanen.