Pranamasana dalam surya namaskara di jadikan salam pembuka dan juga salam penutup. Salam pembukaan ini dianggap sangatlah penting untuk melanjutkan serangkaian asanas selanjutnya. Salam pembukaan banyak juga ditemui misalnya di saat mengadakan acara-acara tertentu, hanya saja salam pembukaannya dilakukan dengan berbagai macam cara.

Dalam keseharian kita sering melihat sikap salam pembuka tentu dengan berbagai cara sesuai tradisi di setiap daerah. Di keseharian kita sering menemukan salam pembuka ini misalnya di saat mennyapa orang yang lebih tua atau menyapa orang yang lebih kita hargai, tanpa sadar badan kita sedikit membungkuk atau di saat ingin menanyakan sesuatu entah disadari atau tidak badan sedikit membungkuk sambil mengatakan kata permisi, contoh lainnya di saat seseorang minta maaf tubuhnya dibuat membungkuk dengan snagat keras. Nah gerakan tubuh seperti diatas merupakan bahasa isyarat sekaligus sebagai pembuka untuk langkah selanjutnya. Gerakan tubuh yang sedikit membungkuk itu sudah dapat dikatakan sebagai asana atau postur. Tubuh sepertinya sudah punya cara sendiri dalam mengawali dan mengakhiri setiap aktivitas yang akan dilakukan.

Pranamasana berasal dari bahasa sansekerta, terdiri dari dua suku kata “pranama + asana”. Pranama diartikan salam hormat dan asana adalah sikap atau pose tubuh. Jadi pranamasana adalah sikap tubuh yang mengungkapkan rasa hormat atau salam. Pranamasana dilakukan dengan pose “tadasana” yakni sikap berdiri dan dilengkapi dengan “anjali mudra”. anjali mudra ini bertujuan untuk  lebih menyempurnakan ungkapan salam atau rasa hormat itu.

Tadasana dapat diartikan suatu sikap berdiri yang kokoh seperti gunung yang tak tergoyahkan. Postur ini disebut juga samasthiti, dimana kata “sama” ini berarti seimbang, sederajat , bernilai sama, dan “Sthiti” berarti “berdiri , tegak, lurus”, dengan kemantapan. Tadasana adalah dasar dari semua asana berdiri , dan muncullah asana-asana berdiri lainnya.

Tadasana digunakan sebagai landasan dasar untuk meningkatkan stabilitas tubuh fisik dan mental, . Dengan melakukan sikap ini membantu praktisi yoga mengharmoniskan dirinya dengan bumi, hubungan ini merangsang keaktifan muladhara chakra melalui chakra penghubungnya di kedua tepalak kaki. Dengan menekankan kedua telapak kaki dengan mantap ke tanah atau bumi itu berarti kesiapan akan penerimaan akan energy bumi yang lebih besar ke dalam asana yang dilakukan.  Sinyal bahwa energy bumi mengalir dalam asana ini apabila sudah mulai ada rasa aman, mantap dan seperti mengakar ke bumi. Ini adalah samasthiti dalam tadasana , postur berdiri yang seimbang, kokoh dan mantap. Bagi mereka yang ingin melakukan asanas ini lebih lambat atau dengan waktu lebih lama, seringkali postur ini dipadukan lagi dengan drishti  (titik pandang ) yakni dengan memandang lurus kedepan atau bisa juga dengan nasagra drishti yaitu memusatkan perhatian di ujung hidung. Dengan tambahan drishti, ini akan membangun penghayatan akan kedalam dirinya dan selain itu dapat membantu mengembangkan konsentrasi. Tadasana juga dapat dikembangkan misalnya dengan melibatkan teknik penguncian yang di sebut bandha. Ada tiga bandha yakni mula bandha (mengunci dubur), uddiyana bandha (kunci perut) dan jalandhara bandha (kunci tenggorokan atau dagu).

Selanjutnya dalam pranamasana sikap dasar tadasana di sempurnakan lagi dengan adanya “Anjali mudra”. Anjali artinya penghormatan atau persembahan dan kata “mudra” mengacu pada suatu gerakan tubuh atau bagian tubuh tertentu yang di dasari atas Jiwa. Mudra yang dimaksudkan adalah mencakupkan kedua telapak tangan, yang mana ini dimaksudkan sebagai isyarat penghormatan atau salam yang tulus dari dalam diri. Anjali mudra dapat dilakukan secara terpisah dari Tadasana, Anjali mudra dapat dilakukan pada  asanas yang lainnya, misalnya saat duduk bersila, padmasana, siddhasana, sukhasana, vrksana dan asanas lainnya.

Di bali lebih dikenal dengan sebutan “penganjali” ini merupakan suatu sikap tangan yang di cakupkan kemudian bisa diletakkan di depan dada, diantara kedua alis mata dan ubun-ubun. Masing tempat atau letaknya memiliki makna dan tujuan yang berbeda. Sikap ini kelihatannya sangatlah simpel, sederhana dan mudah dilakukan , namun bagi saya pribadi dibalik sikap ini  terdapat makna yang luas dan sangat mendalam karena itu saya tertarik mengulasnya lebih dalam.

Saya awali dengan anjali mudra yang diletakan di depan dada, apakah melakukan anjali ini dengan posisi duduk ataupun berdiri akan memberi nuansa yang sama. Coba saat ini anda cakupkan sebentar kedua telapak tangan didepan dada, kemudian rasakan suasana hati anda tepat ketika kedua telapak tangan tercakup,  adakah rasa nyaman, tenang dan damai. Rasa positif  itu seperti datang dengan sendirinya walaupun sesaat. Cobalah tambahkan senyuman dan pejamkan mata sejenak rasakan kembali, rasa positif  itu semakin kuat seperti membungkus seluruh tubuh. Kenapa hal ini bisa terjadi hanya dengan sikap sederhana seperti ini? Ini pertanyaan mendasar sekali yang mana akan memunculkan berbagai macam tafsiran penyebabnya.

Anjali dapat memiliki makna yang luas, Anjali dapat dimaknai sebagai “ Ana ; Dia yang ada “, “Jay ; jaya” dan “Lila : senang”, pertanyaannya siapakah Dia itu? Pada kesimpulannya Dia itu adalah diri kita sendiri , keberadaan kita yang semangat, jaya dan bahagia. Ketika kita melakukan “anjali mudra” sesungguhnya kita sedang memunculkan keberadaan diri kita yang sesungguhnya, memunculkan kesejatian diri kita yang tenang, bahagia dan damai atau dengan anjali mudra kita sedang sedang dikoneksikan dengan sifat sang Jiwa : sat cit ananda.

Pertanyaan selanjutnya “ apa yang menyebabkan anjali mudra seperti memiliki keistimewaan”, padahal kalau dilihat dari pose nampaknya sangat sederhana. Nampaknya memanglah simple dan sederhana tetapi yang membentuknya adalah gabungan berbagai unsure. Kali ini saya hanya akan mengulas dari sudut pandang yoga, dimana dalam yoga ada diajarkan lapisan tubuh yaitu panca maya kosha. Ada lapisan tubuh prana ( energy) dan vidjnana (kesadaran), pada kedua lapisan tubuh ini ada yang namanya chakra-chakra. Ditubuh ini ada 7 chakra utama yang merupakan pusat kesadaran sekaligus sebagai generator energy. Pada “ujung jari-jari” tangan ada perwakilan chakra utama pada ibu jari; svadhistana , jari telunjuk ; visudha, jari tengah ; manipura, jari manis, ajna, kelingking ; anahata, juga pada setiap “jari-jari tangan” ada unsure panca maha bhuta, ibu jari ; agni ( panas/ api ), jari telunjuk ; vayu (udara), jari tengah; akasha (ruang), jari manis ; prethvi (padat) dan kelingking ; jala ( air).

Saat melakukan anjali mudra jari-jari kedua tangan saling menempel atau di satukan, dari sudut pandang energy ini berarti menyatukan seluruh energy dan kesadaran dalam satu sikap mudra dimana penyatuan itu diwakili oleh chakra-chakra yang ada pada jari tangan. Menyentuhkan jari-jari tangan nampaknya ide sangat sederhana tetapi ide ini memberi manfaat diluar biasa. Ketujuh chakra utama yang ada di tubuh etheris energy dan kesadarannya dikumpulkan menjadi suatu kesatuan untuk kemudian diarahkan pada suatu chakra tertentu, dalam hal ini ditujukan pada Anahata chakra. Anahata menjadi lebih diaktifkan dengan adanya suntikan energy dan kesadaran chakra lainnya, ini  dilakukan dengan menyentuhkan ibu jari tepat di tengah dada, Anahata chakra adalah chakra pusat yang hubungannya sangat dekat dengan Jiwa, Jiwa bersemayam di sini. Jiwa terbangun menunjukan dirinya sebagai “Rasa”, rasa yang menenangkan, nyaman, bahagia, kasih dan rasa positif lainnya.

Dengan memahami anjali mudra selanjutnya bisa melakukan pengembangan atau melakukan modifikasi lainnya, misalnya untuk mengaktifkan chakra tertentu di tubuh kita ini. Misalnya untuk konsentrasi cobalah lakukan anjali mudra di ajna chakra atau dalam melakukan sembahyang ketika anjali di tempatkan di ajna pikiran akan lebih dibantu focus pada yang di sembah.

Dengan memahami ulasan diatas diharapkan dalam melakukan pranamasana akan jauh lebih mantap dan meyakinkan. Keyakinan dalam melakukan sesuatu sangatlah penting, keyakinan dapat diibaratkan sebagai “daya mental”, yang bergerak mendistribusikan sesuatu yang sedang dilakukan sehingga dapat merasakan manfaatnya.

Pranamasana mengajarkan untuk menghormati semua ciptaanNya dengan menumbuhkan rasa cintakasih universal, menyebarkan kebahagiaan, saling bekerja sama dan saling menghormati. Ketika seseorang menerapkan pranamasana yang sempurna, dia seolah tanpa perlu banyak usaha melakukan penyebaran rasa positifnya, itu akan secara otomatis seperti ada dorongan batin dari dalam dirinya. Ini dikarenakan karena hubungan yang terjalin dengan ibu bumi dengan ibu semesta. Unsur bumi mengalir ke dalam tubuh, tubuh seperti sebuah pohon yang sedang menyerap sari makanan dari tanah. Daya serap setiap tubuh berbeda-beda, seperti tanaman bunga yang berbeda jenis, bentuk, warna dan keharumannya namun semuanya berasal dari satu sumber yaitu unsure tanah. Demikian juga tubuh kita saat melakukan pranamasana, kita sedang menyerap unsure bumi sesuai dengan kepentingan dan keperluan tubuh kita. Inilah keutamaan dari Pranamasana.

Wayan eka peryadi