Kesadaran akan Realitas Utama

Inti Sari

‘Ia yang memusatkan perhatiannya pada Yang Maha Tahu, yang terpurba, Yang Maha Kuasa, yang lebih halus dari pada yang halus, sebagai penopang segalanya, yang wujudnya tak terpahami, yang kesemarakannya bagaikan matahari itu mengatasi kegelapan”.
Bait-bait di atas menunjukkan bahwa realitas utama adalah yang bersinar dan kesemarakannya mengatasi segala kegelapan. Mereka yang telah menyadari dan menghayati kasunyataan ini menjadi berkeadaan abadi. Untuk mencapai keadaan tersebut, seseorang dapat memahami identitas dirinya yang sejati. Kesadaran akan kenyataan sejati merupakan keadaan yang disebut mukti ‘kebebasan’. Jika ini dicapai, segala jenis kesusahan, kerja keras, kesangsian, dan kesulitan akan berakhir. Kemudian seseorang akan mengatasi dukacita, khayal, serta kecemasan, dan menetap dalam kedamaian yang suci.
Selanjutnya dinyatakan bahwa kedamaian yang agung ini tidak perlu dicari di mana pun juga di luar diri karena ia memancar dalam antah karana yaitu ‘peralatan batin’ dalam diri sendiri. Kedamaian suci ini merupakan landasan bagi dorongan untuk mencapai kebebasan. Ia adalah akar meditasi yang mendalam dan merupakan prasyarat untuk mencapai nirvikalpa samādhi yaitu manunggalnya kesadaran pendamba dengan kesadaran Tuhan. Setelah menetap dalam kedamaian ini, seseorang akan dapat mengetahui dan menghayati kenyataan yang sejati; gelora naluri dan keresahan mental pun akan menjadi tenang. Kebahagiaan yang berasal dari kesadaran diri sejati (akan dihayati) sebanding dengan berkurangnya rasa keakuan dan identifikasi dengan badan jasmani.