Meditasi di hari Siwa Ratri

Artikel Umum

Tgl 14 jan 2010 adalah hari siwa ratri yang merupakan hari keramat bagi umat Hindu dan hari terpenting bagi yang melaksanakan Yoga atau Meditasi, di mana saat ini diyakini sebagai malam peleburan dosa. Saya sendiri memaknai Siwa Ratri sebagai malam yang keramat untuk menyucikan atau melebur diri dari berbagai kekotoran batin. Kekotoran batin yang saya maksudkan adalah kebodohan, kebingungan, kegelapan, keegoan ataupun perbuatan buruk yang telah dilakukan, intinya kekotoran batin itu adalah yang membelungu sang jiwa agar tetap eksis berada di dalam tubuh. Kenapa saya masih menggunakan perkataan ” Peleburan Dosa?” bukan penebusan ataupun pengapunan. Hal ini sesuai dengan tugas Siwa sebagai manifestasi Tuhan yaitu sebagai ” Pelebur atau Pemralina” seluruh ciptaan. Kemudian kata “Ratri” berarti malam, malam itu adalah kegelapan, kegelapan secara nyata (malam gelap) dan kegelapan batin. Jelas dalam spiritual kita akan lebih banyak mengulas tentang kegelapan batin yaitu “awidya” atau kegelapan yang menyelimuti diri kita.
dalam kegelapan akan muncul kebodohan. Untuk menerangi kegelapan, kita akan membutuhkan cahaya, cahaya itu adalah kesadaran dan kesadaran murni itu adalah Siwa itu sendiri. Agar kebodohan menjadi pintar menjadi tahu dibutuhkanlah pengetahuan (spiritual) atau jnana, inilah ajaran beserta aturan (ajaran agama ) untuk membebaskan diri dari berbagai ikatan. Ajaran agama juga adalah ikatan adalah hukum yang mengikat, namun jadikan hukum agama untuk melepaskan diri dari ikatan maya, dimana telah dikatakan ” ikatan yang terkuat adalah ikatan maya dan hanya yoga yang merupakan suatu kekuatan yang akan mampu melepaskan ikatan itu”. Siwa adalah Bapak Yoga Agung, pencetus Yoga …dan tepat disaat hari raya Siwa Ratri yang juga merupakan hari penghormatan kepadaNya dalam wujud Siwa Linga.

Bagi pelaksana Yoga apalagi Yoga Kundalini (menyatukan Kundalini dgn Siwa) siapapun dia..sepatutnya di hari Siwa Ratri melakukan penghormatan pada Siwa…menyembah Siwa…menyembah Siwa Lingga ataupun Linga Swayambhu Siwa sebagai kedudukan Kundalini. Janganlah berjalan di jalan spiritual menjadi seorang pencuri ataupun melupakan asal mula dari Yoga atau jangan menjadi kacang yang lupa akan kulitnya…ini juga dinamakan “Durhaka”. Anda tidak mencuri dalam hal fisik tapi mencuri dalam hal lain ..tetaplah akan dikatakan sebagai pencuri.

Om Namah Siwaya
Dalam perayaan Siwa Ratri khususnya di Teja Surya meditasi pelaksanaannya akan dilaksanakan dengan begadang semalam suntuk sesuai yang ada kitab sastra agama. Pemujaan kepada Dewa Siwa akan dilakukan dengan menyucikan Siwa linga dengan Ritual yang sederhana. Seperti telah dikatakan untuk memuja beliau tidak dibutuhkan peralatan upakara atau ritual yang berbelat-belit cukup dengan seadanya yang penting adalah ketulusan hati dalam memuja Beliau.

Beliau telah terkenal sebagai Dewa yang mudah berkenan terhadap pemujanya dengan menganugrahkan permintaan para pemujanya.Beliau adalah satu-satunya Dewa yang dipuja dengan dengan alat atau tumbuhan liar seperti daun pohon apel, bung aak ( sejenis semak liar), buah ber ( sejenis palem) dan sebagainya. Kalupun tumbuhan itu tidak ada, kita dapat dengan lebih sederhana lagi ..hanya dengan menuangkan air susu saja pada Linga sudah cukup dalam memuja Beliau…itu sudah cukup membuat Beliau berkenan.
Apa yang harus dilakukan di malam keramat dan penuh energi gaib ini?…
Begadang semalam suntuk sambil dalam dalam hati terus memuja nama Siwa dan istrinya Parwati. Pemujaan akan semakin menumbuhkan semangat suci dengan menyanyikan lagu rohani memuja Siwa. Selain itu dapat dilakukan diskusi sastra agama yang atau mengulas ajaran Siwa, atau membicarakan kebenaran, kesadaran dan ahamkara ( keegoan) atau mendikusikan segala pengetahuan spiritual misalnya tentang dosa, karma ataupun Yoga.

Yang terpenting di malam yang keramat tersebut tumbuhkan ide-ide tentang kesucian dan penyadaran diri.

Acara pemujaan Siwa Linga (versi teja surya meditasi) akan dilaksanakan seperti dibawah ini:
• Mulai pukul 20.00 wita
• Menyucikan Siwa Linga dengan Prana Prasistha
• Memuja Linga dengan Pancamrta yaitu susu, mentega, madu, gula dan bubuk kunyit dan memujanya dengan pancaksari mantra (Om Namah Siwaya) sebnayak 108 kali.
• Memandikan Linga dengan Pancamrta langsung akan diikuti meditasi pada “Siwa sebagai Om” dan dalam meditasi akan mengucapkan mantra serta membayangkan Lingga sebagai :
• Pertiwi Lingam yaitu Lingga yang terbuat dari tanah dengan mantra Sarvaya namah,
• Jala lingam yaitu seolah Linga terbentuk dari air yang jernih spt kristal dengan mantra bhavaya namah,
• Jyotir Lingam yaitu dibayangkan Linga terbentuk dari cahaya dengan mantra rudraya namah
• Vayur Lingam dibayangkan Linga terbentuk dari gumpalan energi atau udara dengan mantra ugraya namah
• Akasa Lingam dibayangkan Linga terbentuk dari gas./ ether dengan mantra bhimaya namah
• Yajana Lingam dibayangkan terbentuk dari peralatan upakara/semak-semak.dedauanan dengan mantra pasupataya namah
• Soma Lingam dibayangkan terbentuk dari bulan mantra mahadewaya namah
• Surya Lingam dibayangkan terbentuk dari matahari dengan mantra isaya namah
• selanjutnya meditasi sesuai wujud Lingam yang muncul di dalam kesadaran sendiri atau hanya memuja dengan mantra ” 21 kali Siwa Om-kara “. selanjunya bayangkan wujud akasara suci Om-kara atau Siwa.
• Tepat pukul 24.00 wita, persembahan kembali terhadap Lingam Siwa sambil memuja Beliau sebagai Sada Siwa
• Pagi hari pukul 05.00 wita, persembahan kepada Lingam kembali dengan meditasi pada Parama Siwa.