Cakra Sahasrara

Tentang Cakra

Cakra Sahasrara (Cakra Mahkota) berada diluar tubuh diatas kepala kira-kira sejengkal tangan dengan akarnya pada ubun-ubun. Dengan seribu berkas sinar / helai daun berwarna warni kemilauan, semua warna yang terlihat sangat mengagumkan tidak ada kelihatan warna dominan kecuali beberapa lembar helai daun ditengahnya itupun tergantung tingkat spiritual seseorang. Semakin tinggi spiritual seseorang warna ini menjadi kuning keemasan biasanya warna daun ini sesuai dengan warna cakra Anahata. Pada inti cakra ini terdapat tangkai seperti bunga teratai. Tangkai ini terhubung dengan puncak kepala yang sering disebut Antahkarana atau tali spiritual. Hal ini sangat penting guna mengetahui tingkat kerohanian seseorang.

Jalur Antahkarana merupakan jalur turunnya energi yang maha suci dari Tuhan. Diamati secara waskita energi yang bisa memasuki Antahkarana hanya energi yang maha suci (roh-roh yang amat suci). Dari sini dapat diartikan bahwa jika roh yang kurang suci atau energi yang bersifat negatif kemungkinannya sangatlah kecil untuk dapat masuk melalui Antahkarana . Hal ini dapat ditanyakan pada orang yang sering kesurupan. Apabila orang yang kesurupan merasakan ada aliran energi datangnya dari puncak kepala (ubun-ubun) tidak diragukan lagi bahwa energi itu amat halus dan suci (di Bali kerauhan oleh sesuhunan pada tingkatan yang amat suci / Dewa /Betara, yang melinggih dikahyangan). Jika aliran energi dirasakan datangnya dibawah kepala (sebatas leher sampai diatas perut) perlu waspada atau ditahan / tanyakan pada hati nurani , kadang-kadang roh leluhur datang dari belakang tubuh. Sedangkan aliran energi yang datangnya dari bawah keatas (kaki terus keatas) ini biasanya sejenis kala (bebutaan) yang mengganggu atau membuat sakit.

Bila Cakra Sahasrara sudah berkembang akan menuntun orangnya lebih mendalami hal-hal yang bersifat kerohanian dan selalu ingin mengetahui ajaran –ajaran kesucian yang berhubungan dengan ke-Tuhan-an. Sifat-sifat dengan kesadaran Somia / Buddies yang lebih tinggi, segala tindak tanduknya didasarkan atas ajaran suci agama (Weda). Kebangkitan Kundalini yang mencapai cakra ini akan menuntun seseorang dapat menilai dirinya sendiri dan menilai orang lain dengan bijaksana tahu kebenaran yang sesungguhnya . Bertemunya Kundalini sakti dengan Siwa pada cakra ini memungkinkan seseorang mencapai moksa (bebas keduniawian dalam arti luas). Di Bali seseorang yang ingin mempelajari aksara suci yang tingkatannya lebih tinggi (membaca lontar-lontar suci dan cara penerapannya). Atau menjadi Balian (dukun / penyembuh) minimal seseorang tersebut pernah mendengar Genta bersuara tujuh (Patikelaning Genta Pinarah Pitu) didalam tubuhnya sendiri. Ini dapat dikaitkan dengan kebangkitan Kundalini yang melewati cakra-cakra dari bawah sampai atas. Karena setiap cakra yang dilewati mengeluarkan nada (bunyi) yang berbeda-beda. Gangguan yang terjadi pada cakra ini menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan tidak yakinnya dengan adanya Tuhan