Perhiasan Duniawi

Inti Sari

Badan ini diumpamakan hiasan kereta, perbuatan baik dan buruk ibarat dunia, yang berputar antara sorga dan neraka disebut “cakraning gilingan” (roda yang selalu berputar pada sumbunya). Ātma/Roh ibarat lembu yang menarik kereta. Dewa Dewi sebagai sais, menyuruh lembu itu menarik kereta.
Itulah persamaan sang Roh yang senang menikmati objek inderanya. itulah sebabnya timbul rasa cinta, bingung, berbohong, loba, irihati, sedih, lapar dan haus, panas hati.
Demikianlah sifat semua manusia. Yang seperti ini disebut mengalami kebingungan, terbalik sebagai budak oleh budak-budaknya. Dijadikan pelayan oleh pelayannya. maka Ia ibarat mati, terbelenggu cinta, karena cinta selalu melekat pada diri manusia, makan dan tidur, ia mengutamakan makan dan tidur, akhirnya cetana itu makin ditekan oleh tamah, karena sesungguhnya makan menyebabkan tidur pulas. Tidur membuat Ia lupa. Apabila lupa yang dibiasakan sama dengan babi yang tertidur pulas, itulah yang menyebabkan menjadi binatang seperti : sapi, kerbau, babi, semut dan sejenisnya. Bila saat menjadi binatang dikuasai oleh budi tamah, maka itu menyebabkan menjadi pepohonan, dedaunan, rumput, dan sejenisnya. Itulah jadinya apabila suka menuruti nafsu birahi.
Apabila Ia sadar akan jati dirinya, disitulah Ia menjadi bersih, Ia dapat merasakan segala senang dan susahnya badan, karena ia berada secara sadar tersembunyi dalam badan