Konsep Penciptaan

Filsafat

Dalam pustaka suci Agama Hindu, terdapat  banyak ajaran yang mengetengahkan tentang terjadinya penciptaan dunia (Srsti). Konsep  penciptaan itu meliputi Bhuwana agung (Makrokosmos) dan bhuwana alit (mikrokosmos). Bhuwana  agung berarti  alam besar,  jagat  raya termasuk semua gugusan  matahari, bintang, planet, bumi, bulan, yang menjadi isi  alam semesta.  Sedangkan  bhuwana alit berarti dunia  kecil yang  meliputi unsur-unsur  pembentuk  ciptaan Brahman yang memiliki pramana dan manusia merupakan ciptaan  beliau yang  tingkatannya lebih tinggi karena memiliki  Tri Pramana (Sabda, Bayu, Idep).

Sepanjang  sejarah keterbatasan pemikiran manusia, sejauh itu pula proses penciptaan (Srsti)  terhadap Bhuwana  agung dan Bhuwana alit selalu menjadi pembicaraan  dan bahan diskusi bagi  pencari kebenaran rahasia alam  yang maha tinggi. Eksistensi  Bhuwana agung dan Bhuwana alit  merupakan  pengetahuan tentang  rahasia hidup yang sangat rahasia dan utama.  Pengetahuan ini harus dikuasai  sebagai suatu  sarana untuk  mencapai moksa.  Berbagai  pustaka-pustaka  suci Hindu  dapat dijadikan  obor penerang  menuju rahasia keagungan Brahman yang maha tinggi. Namun dalam  penyajian makalah  ini penulis hanya menyajikan  beberapa sumber saja mengenai konsep penciptaan (Srsti).

Konsep Penciptaan

Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit

* Konsep Penciptaan dalam ajaran

Ganapati-Tattwa

            Dalam  Ganapati Tattwa disebutkan, pada awalnya dilukiskan tidak ada apa-apa. Tidak  ada bumi, tidak ada langit, tidak ada sunia, tidak ada ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Yang ada hanyalah  Tuhan Yang Maha Esa dalam keadaan  Nirguna, Sukha Acintya yaitu berkeadaaan maha bahagia  yang tidak terpikirkan. Kemudian  terjadilah evolusi  Tuhan dalam  keadaan Nirguna menampilkan  diriNya dalam aspek Saguna. Timbullah keinginan beliau untuk  menyaksikan keadaanNya dalam keadaan sekala-niskala. Mulailah beliau mencipta  yang berkeadaan nyata (Paras) dan yang berkeadaan tidak nyata (Para). Tuhan Saguna disebut juga Sanghyang Jagat Karana bersemayam dalam Sunya. Dari sanalah beliau  mencipta berturut-turut, antara lain :  Ongkara Suddha, Suara, Windu, Prana Suci. Dari Windu lahir Panca Dewata (Brahma, Visnu, Rudra, Iswara, Sadasiwa) yang menjadi  sumber ciptaan selanjutnya.

            Ganapati Tattwa mengajarkan, hakekat alam semesta diciptakan oleh panca dewata dari unsur yang paling halus  hingga berwujud nyata. Pertama diciptakan Panca Tan Matra yang berkembang  menjadi wujud yang  lebih kongkrit dan bentuk nyata yaitu Panca Maha Bhuta. Setelah alam semesta  tercipta, kemudian tumbuhlah semua jenis tumbuhan dan binatang dan panca dewata berperan sebagai penjaganya.

            Proses penciptaan  bhuwana alit tidak jauh berbeda dengan penciptaan bhuwana agung, sama-sama diciptakan  Panca Dewata. Brahma dan Wisnu menciptakan tubuh dengan sarana tanah dan air, Rudra  menciptakan  mata dari teja,  Iswara menciptakan nafas dari kayu dan  Sadasiwa menciptakan suara dari akasa. Setelah itu  terbentuk barulah  atma menjelama dalam kehidupan  manusia.  Dan Panca Dewata pun mulai menempati  bagian-bagian tubuh untuk  menjaganya dan menumbuhkan kesadaran dan menjiwai  bagian-bagian tubuh tersebut. Brahma menempati muladara, Wisnu menempati nabhi (pusar), Rudra menempati hati, Iswara menempati leher dan Sadasiwa menempati  ujung lidah. Dalam proses perkembangan manusia selajutnya, manusia berperan sebagai alat melalui sanggama. Sedangkan yang menjadi benih manusia di sebut Rupa Suksma yang berkeadaan abstrak dan gaib. Rupa suksma ini menjadi sukla yang mempunyai warna seperti manik putih kekuning-kuningan. Sedangkan swanita  keluar dari Pradhana Tattwa. Keduanya kemudian bercampur dalam rahim si ibu. Disanalah  ia terbentuk dan berkembang sehingga mencapai wujud yang sebenarnya.

Konsep Penciptaan dalam Kitab Upanisad

            Kitab Brhad Aranyaka Upanisad  menjelaskan bahwa Bhuwana Agung yang  diciptakan Tuhan adalah pelukisan dari Tuhan  itu sendiri yang dilukiskan dalam wujud personifikasi yang  abstraktif. Penciptaan Bhuwana Agung merupakan gambaran dari tubuh Tuhan dalam personifikasi abstraktif dan bumi yang kita tempati  merupakan  bagian kecil dari tubuh Tuhan.

(Grhad Aranyaka Up. I.1)

(Aum sesungguhnya, fajar  adalah kepala dari kuda  yajna,  matahari  adalah matahari, agni adalah  nafasnya, mulutnya yang terbuka adalah   api  vaisavanara ; tahun adalah tubuh dari kuda yadnya,  langit   adalah  punggungnya, antariksa adalah perutnya, bumi sebagai telapak  kakinya …….. dst ).

            Kitab  Mundaka Upanisad  masa penciptaan  (Srsti) digambarkan seperti halnya  seekor laba-laba  yang mengeluarkan  sarangnya pada masa penciptaan dan menariknya kembali ke dalam perut pada saat peleburan (Pralaya).

                                                                                                      (Mundaka Up. I.1.7)

(Seperti  laba-laba mengeluarkan dan menarik benangnya, seperti tumbuh-tumbuhan bahan obat tumbuh di bumi, seperti rambut yang tumbuh di kepala dan badan orang, demikian alam semesta ini muncul dari Tuhan Yang Maha Esa.

Konsep Penciptaan dalam Siva Purana

            Terkait dengan proses penciptaan, kitab Siva Purana menyatakan bahwa pada awal penciptaan, semesta masih kosong hanya terdapat Brahman (Esensi ilahi) yang bersifat Nirguna  menyebar di mana-mana. Kemudian tidur dilautan  maha luas lalu muncullah sekuntum  teratai dari  pusar beliau dan lahir Brahma dan teratai itu. Setelah  sekian lama bertapa lalu Visnu dan  Brahma mendengar  suara suci “OM” dilantunkan, seiring  munculnya  Siva  dengan lima kepala dan  sepuluh tangan.  Siva menjelaskan bahwa mereka bertiga merupakan satu kesatuan, dimana Brahma sebagai pencipta, Visnu pemelihara dan Siva pelebur.

            Brahmapun ditugaskan  untuk mencipta dan oleh Brahma bumi dibagi  menjadi 7 wilayah, yaitu  Jambudvipa, Plaksadvipa, Salmalidvipa, Kusadvipa, Karuneadvipa, Puskaradvipa dan Sakadvipa, yang dikelilingi 7 samudera   yaitu Lavana, Iksu, Sarpi,  Dadhi, Dugdha, Jala dan Rasa. Kemudian  beliau  menciptakan  planet-planet, lapisan bumi, sapta patala,  berbagai neraka,  satuan unit waktu. Kemudian Brahma menciptakan  Swayambhu Manu yaitu manu pertama. Dari Swayambhu  manu inilah kemudian  berkembang sampai pada manvantara yang ketujuh yang diperintah oleh Vaisvasvata  manu yang memiliki sembilan orang putra sebagai pendiri dinasty surya.

Konsep Penciptaan Menurut Kitab Tattwa Darsana

            Dalam Tattwa Darsana disebutkan bahwa konsep penciptaan diawali dengan hukum  Kemahakuasaan-Nya. Bermula dari kekuatan  Tapa,  maka tercipta dua kekuatan  yang disebut purusha  dan pradana. Persatuan antara  purusa  dan pradana menciptakan  suatu zat yang  sangat halus yang  disebut “Citta” (alam pikiran). Setalah Citta kemudian terciptalah Buddhi (naluri pengenal dan intuisi), Manah (akal dan pikiran) dan Ahangkara (rasa keakuan). Buddhi, Manah dan Ahangkara menjadi kesatuan  alam Citta, kemudian muncullah Dasa Indria (Panca Budhi Indra dan Panca Karmendriya). Setelah  Dasa Indria terciptalah Panca Tan Matra  (lima benih unsur zat alam). Panca Tan Matra  berevolusi  menjadi Parama Anu (atom). Parama Anu berevolusi, terbentuklah Panca Maha Bhuta (lima unsur zat alam). Setelah berwujud  Panca Maha Bhuta kemudian berevolusi  dalam penyempurnaan bentuk menjadi  Brahmanda-brahmanda. Dari terwujudnya Brahmanda yang sedemikian  banyaknya dalam  ruang  jagat raya, maka dikenallah lapisan alam jagat raya, maka dikenallah lapisan alam  jagat raya yang disebut Sapta Loka  (7 lapisan dunia di luar  Brahmanda) dan Sapta Patala (7 lapisan yang membentuk kedalam lapisan kedalaman inti Brahmanda). Demikianlah konsep penciptaan Bhuwana Agung.

            Dalam-dalam penciptaan  Bhuwana alit, dijelaskan sari-sari Panca Maha Bhuta menjadi “Sad Rasa” (manis, pahit, asam, asin, pedas dan sepat). Unsur Sad Rasa  bergabung  dengan unsur Citta, Buddhi, Manah,  Ahangkara, Dasendria, Panca Tan Matra, Panca Maha Bhuta, kemudian  membentuk dua  unsur benih  kehidupan yaitu  Sukla dan Swanita. Pertemuan Sukla dan Swanita itu sama halnya dengan pertemuan  purusha dan prakerti, maka timbullah ciptaan  makhluk hidup  yang telah  memiliki kekuatan  Atma sebagai  bagian kecil dari Parama  Atma. Unsur Citta, Buddhi, Manah, Ahangkara, Dasendria membentuk  indria manusia. Panca Tan Matra dan Parama Anu, Panca Maha Bhuta membentuk tubuh manusia. Atma  memberi jiwa pada makhluk, maka terciptalah  manusia yang lengkap memiliki jiwa, pikiran, perasaan dan organ tubuh sempurna