Hari raya Pagerwesi

Artikel Anggota

Perkataan Pagerwesi artinya pagar yang terbuat dari besi atau sesuatu yang dianggap terkuat.. Dalam arti lebih luas dapat diartikan sebagai lambang perlindungan yang kuat dan kokoh.Apa yang perlu dipagari? ya, dalam spiritual berarti memagari diri dari berbagai gangguan energi negatif.Secara spiritual adalah pagar gaib yang kuat pagar ini hanya didapat dari beliau yang Maha Gaib yaitu Hyang Pramesti Guru (Prajapati berarti yang dipertuan). Beliau juga disebut sang maha guru, gurur dari para pendeta (Brahmana). Dari kekuatan upacara atau yadnya terciptalah dunia ini
Hari Raya Pagerwesi secara spirirtual dapat diartikan untuk mem-pagari diri dari kekuatan negatif dengan cara memuja Hyang Pramesti Guru, sehingga aura semakin terang dan tebal.Inilah benteng asral yang memagari diri, benteng diri akan lebih dikembangkan dan diaktifkan oleh kekuatan Merah yang muncul dari Siwa ( Pramesti Guru). Sesungguhnya kekuatan itu tiada lain adalah Dewa Brahma.
Hari Raya Pagerwesi jatuh pada Budha (Rabu) Kliwon Wuku Shinta. Hari raya ini termasuk hari raya jagat hari raya yang dilaksanakan oleh seluruh umat Hindu di Bali pada khususnya.dalam lontar sundari gama ada disebutkan:
“Budha Kliwon Shinta Ngaran Pagerwesi payogan Sang Hyang Pramesti Guru kairing ring watek Dewata Nawa Sanga ngawerdhiaken sarwa tumitah sarwatumuwuh ring bhuana kabeh.”

Artinya:

Rabu Kliwon Shinta disebut Pagerwesi sebagai pemujaan Sang Hyang Pramesti Guru yang diiringi oleh Dewata Nawa Sanga (sembilan dewa) untuk mengembangkan segala yang lahir dan segala yang tumbuh di seluruh dunia.

Pelaksanaan upacara/upakara Pagerwesi sesungguhnya titik beratnya pada para pendeta atau rohaniawan pemimpin agama. Dalam lontar Sundarigama disebutkan:

Sang Purohita ngarga apasang lingga sapakramaning ngarcana paduka Prameswara. Tengahiwengi yoga samadhi ana labaan ring Sang Panca 0Maha Bhuta, sewarna anut urip gelarakena ring natar sanggah.

Artinya:

Sang Pendeta hendaknya ngarga dan mapasang lingga sebagaimana layaknya memuja Sang Hyang Prameswara (Pramesti Guru). Tengah malam melakukan yoga samadhi, ada labaan (persembahan) untuk Sang Panca Maha Bhuta, segehan (terbuat dari nasi) lima warna menurut uripnya dan disampaikan di halaman sanggah (tempat persembahyangan).
Bagi umat yang telah mendalami yoga semadhi, ini adalah hari yang sangat baik untuk melakukan Meditasi atau perenungan terhadap yang maha Kuasa (Siwa), yang paling pening dalam pelaksanaannya adalah melakukan meditasi pada tengah malam.

Sebelum melaksanakannya dapat dilakukan mono brata (tidak bersuara/berbicara), melatih konsentrasi pikiran dengan membaca kitab suci terutama yang berisikan mantra-mantra yang mengandung kekuatan gaib, selain itu dilakukan puasa memutih sampai tengah malam. Sambil membaca dalam hati (mono brata) konsentrasikan pikiran hanya pada bacaan / mantra yang ingin diresapi dan setelah tengah malam renungilah apapun yang dipahami tadi kemudian meditasikan…
semoga bermanfaat….Om, sabatai nama siwaya…